Topik yang akan diulas dalam tulisan Imunisasi pada Bayi dan Anak V adalah mengenai penyakit tuberkulosis dan tifus.
Tuberkulosis (TBC)
Penyakit tuberkulosis atau TBC dapat terjadi pada semua usia dari semua strata sosial dan ekonomi. Penyakit TBC masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang, namun sejalan dengan semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS di dunia, penyakit TBC mulai kembali menjadi momok di negara maju.
enyakit ini disebabkan oleh bakteri dan menular melalui percikan ludah pasien yang menderita TBC dan mengandung kuman TBC dalam dahaknya. Penyakit TBC terutama menyerang paru, namun juga dapat menyerang hampir seluruh alat tubuh, seperti selaput paru, selaput otak, usus, ginjal, sendi, tulang, kelenjar, kulit, dan banyak alat tubuh lain.
Sebagian besar orang dewasa yang menderita TBC terkena infeksinya pada masa bayi atau anak. Infeksi tersebut dapat sembuh dengan sendirinya, namun kemudian muncul kembali saat dewasa manakala daya tahan tubuhnya turun. TBC pada bayi dan anak umumnya ditularkan oleh orang dewasa yang menderita TBC paru. Oleh karena itu, harus dicari orang dewasa yang menjadi sumber penularan, mungkin pramuwisma, supir, orangtua, tetangga, atau saudara yang menginap di rumah. Sementara, TBC paru pada bayi dan anak biasanya tidak menular, sehingga jangan mengucilkan bayi atau anak yang sakit TBC, penderita dapat tetap bermain dengan saudaranya yang lain.
Gejala penyakit TBC pada bayi dan anak tidak jelas dan tidak khas. Berbeda dengan pada orang dewasa, bayi dan anak yang sakit TBC tidak sering batuk dan tidak pernah mengalami batuk darah, melainkan memberikan gejala demam ringan, lesu, tidak nafsu makan, dan berat badan tidak naik secara bermakna.
Komplikasi penyakit TBC ke selaput otak sering menyebabkan kematian, atau bila penderita dapat bertahan hidup sering mengalami gejala sisa seumur hidup, seperti sering kejang, lumpuh kedua tungkai, dan sebagainya. TBC tulang punggung dapat menyebabkan pasien bongkok seumur hidup akibat kerusakan tulang punggung permanen. TBC yang mengenai sendi panggul dapat merusak tulang-tulang yang digunakan untuk bergerak sehingga anak tidak dapat berjalan.
Bila berobat dengan benar dan teratur penderita TBC akan sembuh. Pengobatan terhadap penyakit TBC memerlukan kombinasi berbagai obat yang diberikan dalam waktu yang lama, selama 6 bulan atau lebih, sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter. Dalam kurun waktu 3-4 bulan pengobatan biasanya keadaan penderita TBC sudah membaik sehingga seringkali terjadi putus berobat karena orangtua menganggap anaknya sudah sembuh. Hal ini sangat perlu dihindari karena kuman TBC belum hilang dari tubuh dan dapat timbul kembali dalam keadaan lebih parah dan sudah kebal terhadap obat-obat TBC. Pengobatan harus dimulai dari awal lagi dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan kemungkinan kuman lebih sulit dimatikan karena sudah kebal terhadap obat.
Oleh karena sebagian besar pasien TBC tertular pada masa kanak-kanak, maka imunisasi BCG untuk melawan penyakit ini harus dilaksanakan pada setiap anak. Hindari kontak dengan penderita TBC dewasa dan pada bayi atau anak yang sangat terancam tertular (misalnya orangtuanya menderita TBC) mungkin dokter memberikan obat pada bayi atau anak tersebut untuk mencegah agar tidak tertular.
Tifus
Tifus atau demam tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri tifus. Penyakit ini jarang terjadi pada bayi sampai usia 2 tahun. Gejalanya ditandai oleh demam yang berlangsung lebih dari 5 hari, mula-mula demam ringan kemudian berangsur-angsur makin tinggi sampai mengigau, terutama malam hari. Anak terlihat lesu dan tidak mau makan. Dapat terjadi muntah, diare atau justru sembelit.
Kuman tifus bersarang di bagian akhir usus halus sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi perdarahan akibat luka di usus hingga bocornya usus, yang biasanya terjadi bila pengobatan terlambat diberikan. Selain itu, kuman juga beredar di dalam darah sehingga dapat menyebabkan infeksi alat tubuh lain, terutama paru dan selaput otak. Untuk mencegah terjangkit penyakit ini, perlu dibiasakan hidup sehat dengan minum air yang sudah dimasak, mencuci tangan sebelum makan, menghindari jajan yang tidak terjamin kebersihannya, dan melakukan imunisasi untuk penyakit tifus setelah anak berusia 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun.
0 komentar:
Post a Comment