Subscribe:

Tentang Template :

Imunisasi pada Bayi dan Anak Part 2

Penyakit-penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi


Pada bagian yang lalu kita telah membicarakan berbagai hal mendasar mengenai imunisasi, yaitu mengapa seorang bayi dan anak memerlukan imunisasi, manfaat imunisasi yang tidak hanya bagi perseorangan namun juga bagi masyarakat secara luas, serta bagaimana kita harus bersikap ketika mendengar berita mengenai efek samping akibat imunisasi. Pada bagian kedua dari tulisan mengenai imunisasi ini, kita akan coba mengulas lebih mendalam tentang pelbagai jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.


Bukti-bukti menunjukkan bahwa imunisasi efektif menurunkan kejadian penyakit-penyakit infeksi, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Data tersebut memang bukan data asli dari Indonesia melainkan dari Amerika Serikat, namun tentunya hal yang sama pula yang terjadi pada populasi di Indonesia bila menerapkan program imunisasi sesuai yang direkomendasikan.

































































Jenis penyakitJumlah kasus (tahun sebelum era imunisasi)Jumlah kasus pada tahun 2000 (setelah era imunisasi)Penurunan kejadian infeksi
Difteria206.939 (1921)2-99,99%
Campak (measles)894.134 (1941)63-99,99%
Gondongan (mumps)152.209 (1968)315-99,80%
Batuk rejan (pertusis)265.269 (1934)6755-97,73%
Polio21.269 (1952)0-100,0%
Campak jerman (rubella)57.686 (1969)152-99,84%
Tetanus1.560 (1923)26-98,44%
Haemophilus influenzae tipe B (HiB)~20.000 (1984)1.212-93,14
Hepatitis B26.611 (1985)6.646-75,03%


Difteria


Penyakit yang disebabkan oleh bakteri difteria ini memang jarang ditemukan lagi sekarang, terutama setelah difteria bersama-sama dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus (Diphteria-Pertussis-Tetanus, DPT), ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu imunisasi yang wajib bagi bayi dan balita. Walaupun demikian masih didapatkan beberapa kasus difteria yang dirawat di rumah sakit, terlebih konon akibat krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sekitar 10 tahun yang lalu menyebabkan jumlah anak yang diimunisasi DPT menjadi menurun.


Gejala seorang anak yang terkena infeksi difteria ini pada awalnya tidak khas, seperti demam (bisa demam ringan sampai demam tinggi) serta batuk-pilek. Bila sakit berlanjut, maka gejala menjadi lebih khas yaitu terjadi pembengkakan kelenjar di bawah rahang bawah, kanan dan kiri, yang dapat sangat besar, sehingga disebut mirip dengan leher banteng. Selain itu, kuman difteria akan menyebabkan reaksi radang di tenggorok yang membuat anak menjadi sulit bernapas (sesak). Bila sesak menjadi semakin hebat, maka dokter terpaksa membuat saluran napas buatan.


Komplikasi lain akibat infesi difteria ini adalah akibat menyebarnya sejenis racun yang dikeluarkan oleh kuman difteria ini ke peredaran darah dan jantung. Penyebaran racun ke peredaran darah akan menyebabkan tekanan darah akan turun secara drastis (syok) yang sangat sulit diatas, sementara komplikasi pada jantung (khususnya otot jantung) akan menyebabkan gangguan irama jantung yang dapat menimbulkan kematian.



Pertusis (batuk rejan)


Pertusis atau batuk rejan, atau bahasa sehari-hari sering disebut batuk seratus hari, adalah penyakit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak sampai usia remaja. Penyakit ini jarang ditemui pada orang dewasa. Sesuai dengan namanya, batuk seratus hari ini bergejala sebagai batuk yang berlangsung sangat lama; walaupun tidak sampai benar-benar 100 hari. Bila tidak berkomplikasi, biasanya penyakit ini akan sembuh tak bergejala dalam waktu sekitar 2 bulan.


Gejala awal penyakit ini serupa dengan gejala infeksi saluran napas pada umumnya, seperti batuk-pilek dan demam yang makin lama semakin memberat. Dalam waktu 2 minggu batuk akan terdengar khas, yakni batuk panjang, bunyinya seperti mengonggong, dan kering. Batuk yang panjang ini sampai membuat si sakit sampai terbongkok-bongkok, bahkan terkencing-kencing, diselingi tarikan napas yang berbunyi khas. Pada akhir tiap serangan batuk seringkali anak muntah, yang berisi sisa makanan disertai dengan keluarnya lendir.


Komplikasi yang dapat muncul akibat batuk rejan ini adalah radang paru atau pneumonia, yang bila terjadi akan makin membuat si anak menderita dan terancam hidupnya karena gejala batuk rejannya ditambah gejala radang paru.

0 komentar:

Post a Comment