Ada pemahaman yang salah di masyarakat bahwa seseorang yang tidur ngorok menandakan ia tidur nyenyak. Sebenarnya, ngorok merupakan salah satu gejala atas adanya gangguan di saluran pernapasan. Gangguan itu bisa terjadi karena saluran napas tersumbat oleh gumpalan lemak pada mereka yang kegemukan, tumor, atau ada pembengkakan di saluran pernapasan. Bila tidak diatasi, ngorok atau sleep apnea itu bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya.
"Biasanya penderita sleep apnea ini tidurnya tidak pernah berkualitas. Bangun tidur bukannya segar, malah lemas dan mengantuk karena oksigen yang masuk ke dalam tubuh tidak lancar," kata dr Chandra Yoga Aditama, SpP, Direktur RS Persahabatan, dalam penjelasannya kepada wartawan terkait dengan digelarnya pertemuan ilmiah pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi (PIPKRA) 2006, di Jakarta, Jumat (10/2).
Pada kesempatan itu, dr Chandra Yoga didampingi dr M Arifin Nawas SpP, ketua panitia penyelenggara dan dr Elisna Syahruddin, SpP, ketua seksi ilmiah.
Dr Chandra menjelaskan, sleep apnea terjadi karena waktu tidur otot-otot dari lidah bagian belakang dan sekitarnya menjadi terlalu "relaks" sehingga bergerak kebelakang dan menutup saluran pernapasan. Kondisi itu membuat seseorang ngorok (snoring), bahkan ada yang tidak bernapas untuk beberapa detik. Akibatnya, terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah. Naiknya kadar CO2 dalam darang merangsang pusat di otak yang membuat penderitanya bangun (secara tidak sadar) dan bisa bernapas lagi.
"Kejadian apnea ini bisa terjadi puluhan kali sehingga orang ini tidak pernah tidur nyenyak dan jarang bermimpi. Meski penderitanya sudah cukup lama tidur, tetap saja dia masih terasa sangat mengantuk," ujar dr Chandra seraya menambahkan sleep apnea juga membuat penderitanya mudah lupa dan mengalami kesulitan belajar.
Menurut dr Elisna Syahruddin, RS Persahabatan telah memiliki klinik khusus untuk mengatasi masalah sleep apnea. Ruang tidur yang ditata seperti hotel berbintang itu berisi peralatan canggih yang mampu mendeteksi faktor penyebab terjadinya sleep apnea.
"Bila gangguan itu akibat kegemukan, pasien diminta untuk diet saja, tetapi kalau gangguan itu akibat peradangan atau tumor ya harus dioperasi. Pokoknya, penyakit ini bisa disembuhkan," kata dr Elisna menegaskan.
Ditanya soal biaya, dr Elisna menyebut angka Rp 2 juta untuk satu kali kunjungan. Biaya itu memang agak mahal mengingat peralatan yang digunakan canggih dan ruang tidurnya ditata seperti layaknya hotel berbintang lima. "Cukup satu kali saja datang, sudah terdeteksi faktor penyebabnya. Selanjutnya tinggal melakukan pengobatan sesuai dengan faktor penyebabnya," kata dr Elisna.
Dr Chandra memaparkan beberapa tips untuk mengurangi tidur ngorok. Tidurlah dengan posisi miring. Cara itu dapat menjauhkan letak soft palatum dari dinding tenggorokan. Sehingga tidak menimbulkan getaran yang menimbulkan bunyi ngorok. Selain itu, penderita diminta untuk mengurangi konsumsi alkohol, karena dapat mengendurkan otot di sekitar tenggorokan. Akibatnya udara yang masuk dan keluar dapat terhalang. Itulah yang menyebabkan suara dengkuran.
"Tips lainnya adalah berhenti merokok. Rokok dapat membuat iritasi pada selaput dalam tenggorokan. Infeksi di bagian ini dapat menyumbat saluran pernapasan dan menyebabkan mendengkur," ujarnya. Dan yang tak kalah penting adalah berolahraga secara teratur. Dengan berolahraga bisa membuat otot-otot tubuh, termasuk otot di sekitar saluran pernapasan, lebih terkontrol. Selain juga bisa mengurangi lemak, faktor penyebab utama bagi mereka yang kegemukan. (Tri Wahyuni)
0 komentar:
Post a Comment