Penyakit alergi pada anak-anak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini jumlahnya semakin meningkat. Melonjaknya kasus alergi pada anak di Indonesia, selain disebabkan oleh faktor genetik, juga dipengaruhi faktor lingkungan dan gaya hidup orang tuanya.
"Penyakit alergi hanya menurun pada anak dengan bakat alergi yang disebut atopik. Sekarang banyak ibu bekerja, sehingga tidak bisa menyusui secara penuh selama 2 tahun. Sehingga, bayi diberi susu formula. Pada anak yang berbakat alergi, susu formula berbahan dasar susu sapi bisa jadi pencetus terjadinya alergi," kata Ketua Kelompok Kerja Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI), dr Zakiudin Munasir SpA (K) dalam diskusi media tentang alergi pada anak, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, alergi merupakan reaksi kekebalan yang menyimpang dan menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Dalam tubuh terdapat lima jenis antibodi atau imunoglobulin, yaitu imunoglobulin G, A, M, E, dan D. Imunoglobulin E adalah antibodi yang banyak berperan pada reaksi alergi.
"Dalam tubuh penderita alergi, ada imunoglobulin E berkadar tinggi, terutama imunoglobulin E yang spesifik terhadap zat-zat tertentu pemicu reaksi alergi, seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga atau makanan tertentu, seperti telur, susu, dan ikan laut," ujarnya.
Di Amerika Serikat dilaporkan angka kejadian alergi pada anak prasekolah 10 hingga 12 persen, dan pada usia sekolah 8,5 sampai 12,2 persen. Di Indonesia, angka kejadian alergi pada anak Indonesia belum banyak diteliti. Dari penelitian di Kelurahan Utan Kayu, Jakarta Pusat, ternyata 25,5 persen anak menderita alergi, antara lain gejala alergi pada hidung dan kulit.
"Sekitar 20 persen anak usia satu tahun pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan, termasuk yang disebabkan reaksi alergi. Susu sapi merupakan protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupan yang dapat menimbulkan reaksi alergi pertama. Karena fungsi ususnya belum sempurna, protein susu sapi tidak bisa dipecah dengan sempurna," kata Zakiudin.
Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi yang menetap sampai akhir masa kanak-kanak, baik dalam bentuk susu murni atau bentuk lain. Anak yang alergi susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi. "Gejala khas pada anak yang alergi susu sapi adalah diare dengan tinja berdarah. Kalau protein susu sapi sudah masuk ke dalam tubuh, kulit bisa kemerahan," paparnya.
Hal senada dikemukakan spesialis anak dari Klinik Alergi Rumah Sakit Bunda Jakarta, dr Widodo Judarwanto. Katanya, sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul. Terdapat lebih dari 40 jenis protein berbeda dalam susu sapi yang berpotensi menyebabkan sensitivitas, antara lain lactoglobulin dan casein.
Reaksi Cepat
Gangguan akibat alergi susu formula bisa timbul karena reaksi cepat atau timbulnya gejala kurang dari empat jam. Pada reaksi lambat atau gejala baru timbul setelah lebih dari empat jam. Tanda dan gejala alergi susu hampir sama dengan alergi makanan. Gangguan itu dapat mengganggu semua organ tubuh, terutama pencernaan, kulit, dan saluran napas.
Banyak penelitian terakhir mengungkapkan, gangguan saluran cerna kronis dengan berbagai mekanisme imunopatofisiologis dan imunopatobiologis dapat mengakibatkan gangguan neurofungsional otak. Gangguan fungsi otak itu dapat memengaruhi gangguan perilaku, seperti kurang konsentrasi, mudah emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi, hingga memperberat gejala hiperaktif dan autis.
Zakiudin mengatakan, pencegahan alergi pada anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai bakat alergi sebaiknya dimulai saat anak dalam kandungan. Ibu hamil yang punya riwayat alergi dalam keluarganya tidak perlu diet pencegahan terhadap makanan yang menimbulkan alergi untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dalam kandungan. Yang penting adalah menghindari asap rokok. "Jika tidak segera ditangani, alergi bisa merusak jaringan tubuh dan menimbulkan alergi lain," tutur Zakiudin.
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya alergi di kemudian hari. Tindakan pencegahan terhadap makanan yang menimbulkan alergi perlu dilakukan oleh ibu menyusui dan dilanjutkan sampai bayi berusia satu hingga dua tahun. Selain menghindari makanan yang hiperalergenik, perlu juga dilakukan menghindari alergen yang berasal dari lingkungan, misalnya debu dan asap rokok.
Jika curiga adanya ketidakcocokan susu formula, orangtua sebaiknya tidak terlalu cepat memvonis susu sapi adalah penyebabnya. Widodo mengatakan, gangguan bisa timbul karena kandungan yang terdapat dalam susu formula, seperti laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa, komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, dan minyak kelapa sawit. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu juga dapat mengakibatkan gangguan alergi.
Untuk memastikan apakah alergi susu sapi atau tidak, anak bisa menjalani pemeriksaan laboratorium. Jika perlu, konsultasikan kepada dokter spesialis alergi anak, gastroenterologi anak, atau metabolik dan endokrinologi anak. Yang penting, orangtua perlu hati-hati dalam memilih susu formula dan mencermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus-menerus dalam jangka panjang, seperti batuk, sesak, diare, dan sulit buang air besar. (Tri Wahyuni)
3 komentar:
thank you for visiting and please support
I love everything about this! Woo!
thank you for visiting and please supports
Post a Comment