Subscribe:

Tentang Template :

Anak Dengan Autisme Sama Dengan Sekuncup Bunga Melati

Anak autisme bagai bunga kuncup bunga melati di pinggir jalan, karena tidak spesial seperti adenium atau euphorbia, maka Ia diacuhkan begitu saja oleh dunia ini, tapi sebenarnya, seperti bunga melati yang tumbuh cantik, saat bunga melati itu dipakai untuk perhiasan pengantin, pasti harganya melonjak tinggi… seperti itulah anak yang menderita autis. Dunia melihat Ia tak berharga dan tak berguna, tetapi sebenarnya Ia adalah anugerah tak terkatakan bagi setiap keluarga, nilai yang melebihi segalanya karena Ia adalah titipan langsung dari Tuhan.


Penyebab Autis sampai saat ini masih sumbang, tetapi ada beberapa orang tua yang memiliki anak yang autis, pada waktu masa kehamilannya, si Ibu merasakan gejolak dan beban batin yang mendalam. Ibu tidak nyaman dengan kehamilannya, atau mungkin ada peristiwa yang membuat Batin dan Jiwa si Ibu agak tergoncang. Padahal bayi saat di dalam kandungan sudah mulai memiliki unsur sederhana dari jiwa yaitu rasa, jadi dibutuhkan keadaan yang stabil pada hubungan antara suami-istri dan antara suami-istri-dan bayinya. Bayi tidak hanya memerlukan nutrisi jasmani tetapi juga nutrisi untuk batinnya.

Buat para ibu2 hamil, dan suami2 yang istrinya sedang hamil, tolong sekali jaga keadaan emosi istri anda, jangan biarkan istri anda merasakan stress, khawatir, atau trauma batin yang berlebihan saat hamil, karena semua itu akan berdampak langsung pada bayi mungil anda. Setiap perasaan yang dirasakan Ibu, pasti akan dirasakan si bayi karena Ibu dan Bayi sesungguhnya hidup dalam satu kehidupan, satu nafas dan satu rasa.

Sekilas tentang AUTISME
Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
1. Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan dibawah ini :
  • Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
  • Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
  • Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
  • Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
  • Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.

2. Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi social :
  • Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
  • Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan  interes bersama.
  • Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
  • Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.

3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan
stereotipik seperti  dibawah ini :
  • Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
  • Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
  • Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
  • Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.

Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar.

Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus.

Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.

0 komentar:

Post a Comment