Industri tembakau telah menjadikan perempuan dan anak perempuan sebagai target pemasaran dan periklanannya dalam beberapa dekade terakhir ini dengan konsekuensi yang membawa malapetaka bagi kesehatan perempuan. Hasilnya, sebanyak 178.000 perempuan meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang disebabkan oleh tembakau. Sejak tahun 1987, kanker paru-paru telah menjadi pembunuh kanker utama pada perempuan. Penyakit jantung merupakan penyebab kematian yang utama pada perempuan, dan satu dari lima kematian dari penyakit jantung adalah karena merokok. Penelitian menunjukkan bahwa dari banyaknya penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, perempuan lebih berisiko dari pada pria. Dan perempuan juga menderita risiko spesifik-gender dari tembakau, termasuk membahayakan kesehatan reproduksinya dan mengalami komplikasi selama kehamilan.
Di Indonesia, prevalensi perempuan dewasa perokok mengalami kenaikan tiga kali lipat di tahun 2001. Prevalensi meningkat dari 1,3% di tahun 2001 menjadi 4,5% di tahun 2004 (Gambar 1.1). Perempuan dan orang muda merupakan target pasar yang menjanjikan bagi industri tembakau.
Antara tahun 2001 dan 2004, prevalensi merokok meningkat di kelompok umur sampai pertengahan tahun hidup. Peningkatan tertinggi secara terus menerus terjadi di kelompok umur 15-19 tahun dari 7,1% di tahun 1995 naik menjadi 12,7% di tahun 2001 dan 17,3% di 2004, dengan persentase peningkatan pada perokok pria sebanyak 35 poin dan pada perokok perempuan sebanyak 850 poin atau sembilan kali dibandingkan tahun 2001. Prevalensi merokok pada perempuan mengalami kenaikan yang sangat tinggi di semua kelompok umur.
Proporsi perempuan yang terpapar sebagai perokok pasif lebih dari 65 juta atau diperkirakan sebanyak 66% dari seluruh perempuan. Pada tahun 2004, 30% dari populasi usia 15 tahun dan di atasnya adalah perokok pasif di rumah mereka. Oleh karenanya, proporsi dari perokok pasif perempuan 4,5 kali lebih tinggi dari pria.
Merokok menyebabkan 90% kanker paru-paru pada pria dan 70% pada perempuan dengan case fatality rate lebih besar dari 85%. Antara 56-80% penyakit pernafasan kronik disebabkan oleh kebiasaan merokok termasuk Bronkhitis Kronik dan Pneumonia. Secara umum, kebiasaan merokok menyumbang 22% penyebab penyakit kardiovaskular.
Perempuan perokok dan perempuan sebagai perokok pasif (Second Hand Smoke/SHS) berada dalam risiko yang tinggi karena mereka kurang memahami risiko akibat merokok. Bagi pria, kebiasaan merokok meningkatkan risiko impotensi sampai dengan 50%.
Perempuan dan anak-anak menderita tambahan risiko kesehatan dari kebiasaan merokok. Asap tembakau terdiri dari lebih 4000 bahan kimia termasuk 43 diantaranya dikenal sebagai karsinogen. Tidak ada tingkatan yang aman dari paparan terhadap .
Sebuah penelitian menyatakan bahwa seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok memiliki risiko 20-30% lebih tinggi untuk terkena kanker paru.
Kehamilan dan Tembakau
Ibu perokok dan/atau ibu yang terpapar sebagai perokok pasif selama kehamilannya menjadi penyebab utama bayi dengan berat badan lahir rendah, kematian janin, dan dapat dihubungkan dengan aborsi spontan dan komplikasi selama persalinan. Bukti akhir menunjukkan bahwa bayi dan anak-anak yang terpapar sebagai perokok pasif meningkatkan angka infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi telinga bagian tengah, gejala penyakit pernafasan kronik, asma dan sindrom kematian bayi secara tiba-tiba (sudden infant death syndrome/SIDS).
Sebelum kehamilan terjadi, perempuan perokok yang menggunakan kontrasepsi oral akan lebih berisiko terkena komplikasi medis dan infertilitas.
Semasa dalam kandungan, janin memperoleh makanan dari tubuh ibu melalui plasenta. Bila ibu merokok, demikian pula dengan janinnya karena zat-zat berbahaya dalam asap rokok juga akan berpindah dari ibu ke bayi.
Perempuan hamil yang merokok menanggung risiko keguguran dan perdarahan lebih besar dari hamil yang tidak merokok.
Pada akhir masa kehamilan, bisa terjadi solusio plasenta, yaitu keluarnya plasenta dari rahim sebelum bayi lahir. Akibatnya, bayi bisa lahir prematur, kekurangan oksigen, atau bahkan meninggal dalam kandungan.
Nikotin dan zat kimia lain dalam rokok mengalir juga dalam air susu ibu (ASI).
Anak yang menjadi perokok pasif mendapatkan ASI yang tercemar zat kimia dalam rokok dan memiliki kadar kotinin (hasil tambahan nikotin) yang tinggi dalam urin mereka. Artinya zat-zat kimia tersebut mempengaruhi mereka lebih jauh daripada si perokok itu sendiri. Karena nikotin menyempitkan pembuluh darah, maka sudah jelas kondisi ini amat berbahaya.
0 komentar:
Post a Comment