Subscribe:

Tentang Template :

Disfungsi Seksual pada Perempuan

Kaum perempuan yang sering mengalami keluhan fisik, seperti sakit kepala, lemas, dan pegal atau merasa mudah tersinggung sebaiknya jangan menganggap enteng. Sebab, bisa jadi hal itu merupakan tanda awal terkena disfungsi seksual.


Sebab, masalah disfungsi seksual bukan cuma milik kaum adam, tetapi juga perempuan di dunia. Survei di Amerika Serikat menunjukkan disfungsi seksual memengaruhi 43% perempuan usia di bawah 60 tahun.


"Di Indonesia yang tabu membicarakan seks, masalah ini tidak terungkap. Tapi biasanya keluar dalam bentuk keluhan fisik tadi, seperti sakit kepala, lemas, pegal, dan mudah tersinggung,'' kata dr Jusni Ichsan Solichin, ahli psikoterapi seksual, dalam seminar Disfungsi Seksual pada Wanita dan Solusinya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.


Jusni menyatakan disfungsi seksual pada wanita terjadi akibat fisik dan psikis. Secara fisik lebih sering terjadi setelah menopause akibat penurunan produksi hormon estrogen. Dia memperkirakan separuh wanita yang sudah menopause mengalaminya.


Namun faktor sebelum masa menopause pun tidak sedikit kaum perempuan mengalami disfungsi seksual, terutama disebabkan faktor psikis. Bagi perempuan, lanjutnya, faktor psikis yang bisa memengaruhi gairah seksual, antara lain bermasalah dengan pasangan, kesulitan ekonomi, trauma, seperti pemerkosaan, mitos dan lain-lain.



Faktor penyakit, seperti diabetes, jantung, infeksi jamur dan penggunaan alkohol juga bisa membuat disfungsi seksual perempuan.


Jusni mencontohkan perempuan dikatakan mengalami gangguan gairah seksual apabila tidak mampu mempertahankan gairahnya walau memiliki keinginan seks.


"Secara fisik, penyebabnya bisa gangguan anatomi seksual. Bisa juga penyebabnya secara psikis yaitu perasaan bersalah atau takut terhadap hubungan seks," papar Jusni.


Sementara itu, di tempat yang sama dr Bambang Soekamto mengatakan ketidaknyamanan perempuan terhadap pasangannya juga bisa menciptakan disfungsi seksual.


Bambang mengatakan, perempuan yang menyatakan puas ketika berhubungan seks dengan pasangannya hanya 25%.


"Meskipun menikah atas nama cinta, belum tentu langgeng bila tidak memiliki pengetahuan memadai tentang seks dan tekniknya," ujar seksolog itu lagi.


Untuk mengatasinya, lanjutnya, diperlukan keterbukaan dan komunikasi antarpasangan.


"Bila perlu bawa pasangan berkonsultasi. Sering terjadi karena malu dan gengsi, penderita disfungsi seksual mencari pengobatan sendiri, bukan ke ahlinya," tegas Bambang.


Mengenai penyembuhan disfungsi seksual pada perempuan, Bambang menyarankan penderita tidak terlalu bergantung pada obat perangsang. Menurutnya, obat perangsang harus digunakan secara proporsional.


"Obat perangsang hanyalah alat bantu yang digunakan sewaktu-waktu. Yang harus diselesaikan adalah masalah utamanya, baik itu fisik maupun psikis," papar Bambang.


Pada acara seminar dan peluncuran Menolia, suplemen untuk meningkatkan gairah seksual wanita, Junis juga menambahkan bahwa tubektomi (steril) secara anatomi tidak menyebabkan disfungsi seksual pada perempuan. ''Selama ini banyak perempuan takut melakukan tubektomi. Padahal secara anatomis tidak berpengaruh terhadap menurunnya fungsi-fungsi seksual. Justru ketakutan itu yang membuat disfungsi seksual terjadi," papar Jusni.

0 komentar:

Post a Comment