Subscribe:

Tentang Template :

Sarung Tangan Penyelamat Dari Infeksi

Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi. Sampai sekitar 20 tahun lalu, petugas kesehatan menggunakan sarung tangan untuk tiga alasan, yaitu:
1. Mengurangi risiko petugas terkena infeksi bakterial dari pasien
2. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien
3. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya (kontaminasi silang)
Selanjutnya, sarung tangan terutama dipakai hanya oleh petugas yang merawat pasien yang menderita infeksi patogen tertentu atau yang terpapar dengan pasien yang berisiko tinggi hepatitis B. Sejak 1987, dengan adanya epidemi AIDS, terjadi lonjakan dramatis penggunaan sarung tangan oleh petugas kesehatan dengan tujuan mencegah penularan HIV dan virus lainnya dari pasien kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian, dewasa ini sarung tangan sekali pakai dan sarung tangan bedah menjadi perlengkapan pelindung yang paling banyak dipakai. Sebagai contoh di Amerika Serikat, penggunaan sarung tangan meningkat dari 1,4 milyar pasang pada 1988 menjadi 8,3 milyar pada 1993 (NIOSH 1997).


Kapan Memakai Sarung Tangan
Walaupun telah berulangkali terbukti sangat efektif mencegah kontaminasi pada tangan petugas kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan. Sarung tangan lateks kualutas terbaik pun mungkin mempunyai kerusakan kecil yang tidak tampak. Selain itu, sarung tangan juga dapat robek sehingga tangan dapat terkontaminasi sewaktu melepaskan sarung tangan.

Tergantung situasi, sarung tangan pemeriksaan atau sarung tangan rumah tangga harus dipakai bila mana:
1. Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh lainnya, selaput lendir atau kulit yang terbuluka.
2. Akan melakukan indakan medik invasif (misalnya pemasangan alat-alat vaskular seperti intra-vena perifer).
3. Akan membersihkan sampah terkontaminasi atau memegang permukaan yang terkontaminasi.
Sarung tangan lain harus dipakai untuk setiap pasien untuk mencegah kontaminasi silang. Penggunaan sarung tangan yang sama dan mencucinya di antara pasien-pasien atau di antara bagian tubuh yang kotor dan bersih bukan merupakan tindakan yang aman. Doebbeling dkk (1988) menemukan sejumlah bakteri pada tangan petugas yang tidak mengganti sarung tangan di antara pasien walaupun telah mencuci tangannya (yang memakai sarung tangan) tersebut.
Sarung tangan sekali pakai dapat digunakan kembali setelah:
1. Didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Lepaskan sarung tangan yang sudah terkontaminasi, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi jika akan dipakai ulang, atau buang di tempat sampah.
2. Dicuci dan dikeringkan dan disterilisasi atau didisinfeksi tinggkat tinggi.
3. Sarung tangan yang sudah rusak Jangan digunakan kembali

Jenis sarung tangan:
a. Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan (misalnya seksio sesaria, laparatomi, insersi/pencabutan norplant, persalinan per vaginam, vasektomi, laparakopi) dll. Keuntungan jenis ini, ukuran dapat disesuaikan agar gerakan tangan selama prosedur bedah bebas. Kerugiannya; mahal.
b. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin, misalnya pada pemeriksaan dalam, pemasangan dan pencabutan infus, pemasangan dan pencabutan AKDR (tanpa menggunakan teknik sentuh). Harganya lebih murah dari sarung tangan bedah. Biasanya tersedia dalam ukuran S.M.L. Sarung tangan dari lateks dapat dicuci dan dikukus untuk dipakai kembali.
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memroses peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi. Biasanya murah dan dapat dicuci dan dipakai berulang-ulang. Biasanya tidak terdapat di semua negara, bila tidak ada tersedia maka dapat dipakai sarung tangan lateks.
Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena elastis, sensitif dan tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena meningkatnya masalah alergi lateks, sedang dikembangkan bahan serupa, yang disebut “nitril” yang merupakan bahan sintetik seperti lateks.

Sarung tangan pemeriksaan
Penentuan sarung tangan pemeriksaan apa yang terbaik untuk sesuatau pemeriksaan bergantung pada tingkat risiko paparan terhadap darah atau duh tubuh terinfeksi (rendah atau tinggi risiskonya), lamanya tindakan, dan kemungkinan alergi terhadap lateks atau nitril.
a. Sarung tangan vinil
Adalah yang paling murah. Baik untuk pemeriksaan singkat dan risiko paparan rendah. Jenis ini kurang elastis dan mudah robek. Digunakan untuk mengosongkan tempat muntah, memindahkan jarum infus, dll (jika hanya sarung tangan pemeriksaan yang tersedia dan risiko akan terpapar oleh darah dan cairan tubuh cukup tinggi, ganti sarung tangan lebih sering dan pertimbangkan untuk menggunakan sarung tangan rangkap)
b. Sarung tangan Lateks
Memberikan perlindungan terbaik. Digunakan untuk tindakan bedah atau pemeriksaan yang berisiko sedang sampai tinggi terhadap paparan darah atau duh tubuh yang potensial terkontaminasi. Jangan dipakai oleh petugas yang diketahui atau disangka alergi terhadap lateks atau pada kontak yang lama (> 1 jam) dengan disinfektan tingkat tinggi seperti gluteraldehid (dapat menghilangkan efektivitas lateks karena berubah).
c. Sarung tangan nitril
Dianjurkan untuk staf yang alergi terhadap lateks dan dapat digunakan untuk kegiatan dengan risiko sedang sampai tinggi. Sarung tangan nitril mempunyai sifat-sifat yang sama dengan lateks, tetapi lebih tahan terhadap bahan-bahan dari minyak.

Yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam pemakaian sarung tangan:
a. Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya sarung tangan bedah. Jika ukuran tidak sesuai dengan tangan pada pelaksanaan prosedur, dapat terjadi gangguan atau mudah robek.
b. Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang memerlukan waktu lama.
c. Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi risiko robek atau berlubang.
d. Tariklah sarung tangan sampai meliputi tangan baju.
e. Pakailah cairan pelembab yang tidak mengandung lemak untuk mencegah kulit tangan dari kekeringan/berkerut.
f. Jangan memakai cairan atau krim yang berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah dan sarung tangan pemeriksaan dari lateks.
g. Jangan pakai cairan pelembab yang terlalu wangi karena dapat merangsang kulit dan menyebabkan iritasi.
h. Jangan simpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, karena dapat merusak bahan sarung tangan tersebut.

Sumber
Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N. Panduan pencegahan infeksi untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo; Jakarta; 2004.

0 komentar:

Post a Comment