Hingga saat ini laju penularan HIV cenderung terus meningkat, demikian pula peningkatan jumlah kasus AIDS. Data epidemiologis menunjukkan bahwa penularan HIV di Indonesia sejak tahun 1995 semakin memprihatinkan. Di beberapa daerah, prevalensi HIV positif di kalangan pekerja seks meningkat sampai mendekati 5%. Tingkat epidemi ini telah mengarah pada level epidemi terkonsentrasi di kalangan populasi berisiko. Angka kumulatif kasus AIDS tertinggi per September 2007 dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, dan Jawa Timur (www.aids-ina.org).
AIDS memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan struktur masyarakat. Penyakit ini mempertinggi angka kematian ibu dan anak di Indonesia dan mengancam keberlangsungan hidup angkatan kerja di Indonesia karena kasus AIDS banyak ditemukan pada kalangan usia produktif. Penyakit ini juga semakin menyulitkan usaha-usaha untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia (UNDP, 2001). Tahun 2010 diperkirakan akan ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena AIDS, serta 1 – 5 juta orang yang mengidap virus HIV. Seriusnya ancaman HIV dan AIDS membuat pencegahan penularan HIV&AIDS menjadi tujuan ke enam dari delapan tujuan penting dalam Millenium Development Goals (MDGs).
AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini ditularkan melalui beberapa cara, salah satunya adalah melalui hubungan seks tanpa kondom, yang merupakan cara penularan dominan. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan serta obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini.
Beberapa hasil penelitian dan survei menunjukkan bahwa tingkat pemakaian kondom di kalangan pelanggan wanita penjaja seks masih rendah. Padahal, penggunaan kondom dalam seks komersil merupakan kunci penting pencegahan penularan HIV karena hubungan seks merupakan salah satu jalur utama penularan HIV (Depkes, 2005).
Mengacu pada permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja mempengaruhi perilaku penggunaan kondom di kalangan pasangan tetap wanita penjaja seks (Gendak) pada saat melakukan hubungan seks dengan pasangan tetapnya dan/atau kelompok berisiko lainnya sebagai upaya untuk mencegah penularan IMS, HIV&AIDS. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 211 Gendak sebagai unit analisisnya, yang merupakan kelompok dampingan Yayasan Perkumpulan Bandungwangi (PBW) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, di wilayah Kotamadya Jakarta Timur.
Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data primer yang diperoleh melalui survei untuk menjawab pertanyaan dasar tersebut. Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2002 dan SPSS for Windows Release 11.00. dengan aplikasi analisis regresi metode enter dan dilanjutkan dengan analisis jalur untuk melihat besarnya koefisien pengaruh langsung dan tidak langsung atas sejumlah varaibel yang diuji. Dilakukan uji asumsi, seperti uji normalitas sebaran, uji linieritas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas, terhadap data-data penelitian.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan kondom, sedangkan variabel independen terdiri dari delapan yaitu (1) faktor pengalaman pernah terkena IMS, HIV&AIDS, (2) faktor pengetahuan IMS, HIV&AIDS, (3) faktor sikap, (4) faktor pendidikan, (5) faktor pekerjaan, (6) faktor umur, (7) faktor status perkawinan, dan (8) faktor akses terhadap kondom. Terdapat tiga hipotesis utama yang diuji dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan metode regresi dan analisis jalur, penelitian menyimpulkan (1) pengalaman dan pendidikan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan, (2) pengalaman, pendidikan, umur, pekerjaan, status perkawinan dan pengetahuan secara bersama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap, dan (3) pendidikan, umur, pekerjaan, status perkawinan, akses dan sikap secara bersama berpengaruh signifikan terhadap perilaku penggunaan kondom di kalangan Gendak.
Rekomendasi untuk meningkatkan perilaku penggunaan kondom di kalangan Gendak adalah antara lain (1) peningkatan dan perbaikan akses kondom dengan cara: a) perluasan pembentukan outlet kondom yang dekat dengan lokasi transaksi seks; b) kondom tidak diberikan secara gratis namun dijual dengan harga yang terjangkau, c) meningkatkan kualitas fisik kondom (lebih halus, tipis dan sesuai ukurannya); (2) kampanye penggunaan kondom; (3) diseminasi informasi HIV&AIDS dilakukan melalui media massa berupa TV, radio dan surat kabar; (4) membuat kebijakan Peraturan Daerah (Perda) penggunaan kondom 100% terutama di tempat lokalisasi; dan (5) pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Peer Educators di kalangan Gendak maupun wanita penjaja seks.
0 komentar:
Post a Comment