Para ibu haruslah memberikan nutrisi terbaik bagi awal kehidupan buah hatinya, dan mendapatkan informasi yang cukup tentang berbagai hal yang bermanfaat bagi bagi tumbuh kembang anak.
Air susu ibu (ASI) adalah sumber gizi yang terbaik yang dapat diberikan para ibu kepada bayinya. Untuk itu para ibu sebaiknya memberikan ASI kepada bayi mereka secara eksklusif, paling tidak hingga usia 6 bulan.
Salah satu alasan dibalik pendapat itu adalah para bayi yang mendapatkan ASI umumnya perkembangan otak dan jaringan sarafnya lebih baik daripada mereka yang mendapatkan susu formula.
Selidik punya selidik ternyata diketahui bahwa ASI mengandung sejumlah kecil DHA dan ARA (sekitar 1% dari total asam lemak untuk DHA dan sekitar 0,5% dari total asam lemak untuk ARA). Meskipun jumlahnya sedikit, DHA dan ARA ternyata penting dalam perkembangan intelektual dan daya penglihatan anak.
Istilah DHA dan ARA memang sudah tidak asing bagi para ibu yang selama ini dikenal berperan penting dalam mengoptimalkan perkembangan otak, jaringan syaraf, jaringan penglihatan, dan membantu pembentukan sistem imun pada bayi.
Telah banyak organisasi ilmiah yang merekomendasikan pemberian ARA dan DHA pada anak, diantaranya FAO/WHO, The European Society for Pediatric Gastroenteorology and Nutrition, International Society for the Study of Fatty Acids and Lipids, dan The British Nutrition Foundation.
Dr. Craig Jensen, Associate Profesor dari Baylor College of Medicine, Texas Children's Hospital yang hadir sebagai pembicara seminar bertajuk "Kadar Asupan DHA dan ARA yang Tepat dan Stimulasi sejak Dini untuk Nilai IQ Anak yang Lebih Baik", pada 25 Maret di Jakarta, mengatakan bahwa DHA dalam konsentrasi tinggi ditemukan pada otak dan retina merupakan komponen penting pada selaput phospolipids, yang termasuk dalam sistem syaraf. Begitu juga dengan ARA, merupakan komponen penting bagi struktur sel selaput phospolipids, yang termasuk dalam sistem pusat syaraf.
Menurut Dr. Craig Jensen, hasil temuan terbaru dari uji klinis yang dilakukan oleh DR. E.Birch menunjukkan bahwa anak-anak berusia 4 tahun yang mendapatkan asupan DHA/ARA dengan kadar 0,36% DHA (90mg DHA/100g) dan 0,72% ARA (180mg ARA/100g) selama empat bulan pertama menunjukkan Mental Development Index dan Nilai IQ yang lebih tinggi 7 poin dibandingkan dengan merek yang tidak mendapatkan asupan DHA dan ARA dalam kadar tersebut. Studi lain juga menunjukkan bahwa skor IQ yang kurang lebih sama tingginya pada usia dewasa.
Saat DHA dan ARA absen dari makanan bayi (misalnya pada bayi yang mendapat susu formula tanpa DHA/ARA), atau kadarnya rendah (misalnya pada bayi prematur), ternyata timbul penurunan ketajaman penglihatan dan kecerdasan bayi. Kesimpulan ini juga disokong oleh beberapa penelitian yang menemukan bahwa:
Bayi yang mendapatkan susu formula yang diperkaya dengan LC-PUFA (contohnya DHA dan ARA) menunjukan ketajaman penglihatan yang lebih baik daripada mereka yang mendapatkan susu formula tanpa LC-PUFA.
Bayi yang mendapatkan susu formula dengan DHA dan ARA memiliki ketajaman penglihatan yang sama dengan bayi bayi yang mendapat ASI, sementara mereka yang mendapatkan susu formula tanpa DHA dan ARA ketajaman penglihatannya lebih rendah.
Bayi yang mendapatkan susu formula yang diperkaya dengan DHA dan ARA mengalami peningkatan kemampuan intelektual dibandingkan mereka yang mendapat susu formula tanpa DHA dan ARA.
Pada bayi prematur yang mendapat tambahan DHA dalam makanannya ternyata menunjukan peningkatan perkembangan sel sel di retina dan ketajaman penglihatan, serta peningkatan perkembangan sel sel di korteks otak dan kemampuan belajar serta mengolah informasi. Karena itu, kini dianggap bahwa DHA dan ARA merupakan salah satu sebab adanya perbedaan kecerdasan dan daya penglihatan bayi bayi yang mendapatkan ASI dibandingkan bayi bayi yang mendapatkan susu formula (yang umumnya tidak mengandung DHA).
Sehingga untuk memperoleh kandungan DHA dan ARA yang tinggi dalam ASI, maka diet ibu hamil juga harus diperhatikan, karena dalam beberapa makalah disebutkan kandungan DHA dalam ASI bervariasi, terggantung dari banyaknya asupan asam lemak dalam diet ibu. Penelitian membuktikan bahwa ketika ibu mendapat tambahan DHA dalam dietnya, kandungan DHA dalam ASI juga akan meningkat. karena itu, sebaiknya ibu mendapatkan DHA dan ARA dalam jumlah yang cukup selama menyusui. Sumber DHA dalam makanan antara lain: ikan laut (misalnya salmon), minyak ikan, daging dan telur.
Lalu apa sebenarnya fungsi DHA dan ARA dalam perkembangan otak dan mata bayi? DHA dan ARA merupakan komponen utama lemak membran sel dan merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang (LC-PUFA) utama dalam sistem saraf pusat. DHA juga merupakan komponen utama membran sel fotoreseptor retina. Melihat peranannya yang vital, wajar jika kekurangan DHA dan ARA dapat berpengaruh pada perkembangan otak dan mata bayi.
Otak bertumbuh maksimal sejak 3 bulan terakhir dari masa kehamilan sampai kurang lebih usia 2 tahun. Karena itu, dalam periode tersebut bayi sebaiknya mendapat DHA dan ARA dalam jumlah cukup, yang dapat diperoleh dari ASI.
0 komentar:
Post a Comment