Subscribe:

Tentang Template :

ASI Lancar Walau Berpuasa

Bayi tidak akan kekurangan ASI walau sedang berpuasa,  pada dasarnya puasa hanya mengubah jadwal makan.

Ibu menyusui diberikan pilihan untuk berpuasa atau tidak selama bulan Ramadhan.  Jika memilih tidak, kebanyakan beralasan bahwa puasa sebulan akan menurunkan produksi ASI. Seperti yang kita tahu, ASI harus selalu lancar agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sang bayi. Alasan lainnya, kegiatan menyusui yang menguras tenaga akan membuat ibu makin lemas dan tak kuat berpuasa. Maklumlah, beberapa saat setelah menyusui biasanya ibu merasa lapar, bukan?


Semua kekhawatiran itu wajar saja adanya, tapi sebenarnya tak beralasan sama sekali. Seperti dikatakan dr. Etiza Adi Murbawani, M.Si., secara klinis, kegiatan puasa hanya mengubah jadwal makan. Yang berubah hanya waktu makannya saja, kok. Sementara, asupan makanan yang dikonsumsi ibu menyusui selama berpuasa bisa dibuat sama dengan saat tidak berpuasa, yaitu gizi seimbang dengan komposisi 50% karbohidrat, 30% protein, dan 10-20% lemak.

TAMBAH KALORI
Hanya saja, tambah staf pengajar pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang ini, ibu menyusui membutuhkan kalori yang lebih besar. “Untuk memproduksi ASI se-banyak 850 cc, ibu perlu menambahkan kurang lebih 1000 kalori dari kebutuhan wanita dewasa normal. Semua itu diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, sekaligus memulihkan kesehatan usai persalinan.”

Dengan berpatokan pada angka kebutuhan tersebut, selama berpuasa, ibu hanya perlu mengubah jadwal makan saja. Jika ibu menyusui terbiasa makan dengan porsi sedikit tapi sering, maka di bulan Ramadan porsi yang sedikit itu harus ditambah. Alasannya, acara makan berat di bulan tersebut cuma dilakukan pada saat berbuka dan sahur. Etiza menganjurkan untuk menyantap dulu makanan pembuka yang manis-manis guna menghindari mual. Setelah salat Magrib, barulah mengonsumsi makanan berat.

Jika ibu tak dapat sepenuhnya menambah porsi dalam sekali makan, maka yang dapat dilakukan adalah mengganti satu kali makan berat porsi normal dengan dua kali makan berat porsi kecil. Caranya, saat berbuka puasa, mulailah dengan makanan pembuka lalu salat Magrib. Usai salat Magrib, lanjutkan makan besar dengan porsi kecil. Setelah itu ibu melakukan salat Tarawih. Selesai salat, ibu menggenapi makan besarnya dengan porsi kecil kedua. Dengan demikian, kebutuhan porsi makannya tetap terpenuhi di waktu berbuka.

PERBANYAK CAIRAN
Sejak waktu berbuka hingga sahur, Etiza menyarankan agar ibu menyusui banyak-banyak meneguk cairan. “Cairan itu bisa berasal dari air putih, buah-buahan, dan susu.”

Khusus susu, Etiza sangat menganjurkan ibu menyusui untuk mengonsumsinya. Kandungan kalsium pada susu sangat berguna untuk kebutuhan ibu dan bayi. “Namun, jangan langsung minum susu begitu tiba waktu berbuka karena dapat menyebabkan mual. Sebaiknya susu diminum setelah menyantap makanan kecil. Satu gelas lagi diminum menjelang tidur malam. Kemudian satu gelas lagi saat sahur.” Jika tetap terasa mual, disarankan untuk minum susu kedelai.

BARENGI ISTIRAHAT
Kala berpuasa, jika ibu merasa sangat lemas sehabis menyusui, maka beristirahatlah. Entah dengan cara tidur atau sekadar relaks menenangkan pikiran. Ingat, sukses tidaknya menyusui, salah satunya dibarengi dengan pikiran yang tenang dan positif. “Kalau ibu menyusui yang berpuasa yakin tak akan merasa lemas, maka ia tak akan lemas. Dan jika ia yakin bisa memberikan ASI selama puasa, maka ASI-nya juga akan keluar terus.”

Apalagi pengeluaran ASI juga dipengaruhi oleh isapan bayi. Semakin sering diisap, produksinya akan semakin banyak. Jadi, bila selama puasa ibu tetap rajin menyusui, ASI akan tetap lancar.

Menurut Etiza, ASI yang tak keluar penyebabnya lebih sering berkaitan dengan kondisi psikis ibu semisal stres. “Justru kalau di bulan puasa ibu banyak beribadah dan berdoa dengan tenang sembari tetap menyusui dan yakin kegiatan puasa tak akan menghalangi pemberian ASI, niscaya kandungan dan jumlah ASI tak akan berpengaruh pada bayi. ASI tetap akan lancar.”

Penting! Perlu di ingat, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingannya. Bagaimanapun, berpuasa bagi ibu menyusui adalah pilihan. Jika tidak sanggup menjalaninya, ibu dapat menggantinya dengan bentuk ibadah yang lain. Namun, jika tetap ingin menjalani keduanya, ikuti kiat tadi. Kuncinya cuma asupan gizi yang baik dan tepat, juga pikiran yang positif.

CONTOH MENU DAN JADWAL MAKAN SELAMA PUASA

Sahur:
  • 1 gelas susu
  • 1 porsi nasi putih
  • 1 porsi ampela ati masak kecap
  • 1 porsi urap sayuran
  • 2 potong tempe bacem
  • Potongan buah mangga atau sebuah jeruk pontianak ukuran besar
  • 3 gelas air putih

Buka puasa:
Pukul 18.00 (setelah bedug tanda buka puasa)
  • 1 gelas teh manis
  • 1 kroket ragut atau camilan berkarbohidrat
  • 1 gelas jus semangka atau jus pepaya
Pukul 19.00 (setelah salat Magrib)
  • 1 gelas susu
Pukul 20.30 atau 21.00 (setelah salat salat Isya dan Tarawih), makan malam terdiri atas:
  • 1 porsi nasi putih
  • 1 porsi daging sapi bumbu bali atau masakan daging, ayam, dan ikan lainnya
  • 2 tahu goreng atau tempe goreng tepung
  • 1 porsi tumis kacang panjang dan tauge atau capcay
  • 1 buah apel atau pisang
> – Pukul 22.00 (menjelang tidur)
  • 1 gelas susu

Catatan:
  • Tambahan sekitar 300-500 kalori setiap hari dapat diperoleh dengan cara minum teh manis atau mengonsumsi makanan pembuka yang manis seperti semangkuk kolak pisang atau segelas es cendol yang bernilai 280-300 kalori. Dengan begitu, kebutuhan kalori yang sangat penting bagi ibu menyusui tetap dapat terpenuhi.
  • Di waktu berbuka sampai menjelang tidur, ibu menyusui sebaiknya mengonsumsi air putih sebanyak yang mampu dilakukan. Begitu pun saat sahur.





Sumber : rahasiakeluarga.com

Tindakan dan Perawatan untuk BBL

Kecukupan Kolostrum
Ibu yang memilih untuk menyusui ASI harus mengetahui bahwa hari-hari pertama, 3-5 hari setelah melahirkan ASI banyak mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan sangat diperlukan oleh bayi (kolostrumberwarna agak kekuningan).

Pada orang-orang dahulu kolostrum malah dibuang karena dianggap ASI yang pertama keluar itu adalah ASI yang kotor.

Meski hanya diproduksi dalam jumlah yang amat sedikit, hanya 7,4 sendok teh (36,23 ml) per hari menurut la leche league, tetapi kandungan nutrisi yang ada dalam kolostrum sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya.


Kolostrum memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari ASI matur. Tetapi kandungan lemak dan laktosanya (gula darah) lebih rendah dari ASI matur. Kolostrum mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D dan K; dan mineral,terutama zat besi dan kalsium. Komposisi seperti itu sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir. Sama halnya dengan ASI matur, kolostrum juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase (untuk menguraikan lemak), dan amilase (untuk menguraikan karbohidrat). Ini membuat kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang memang belum sempurna. Kolostrum juga mempunyai efek laksatif (obat pencahar) bagi bayi, yang akan membantu pengeluaran “tinja pertama” bayi baru lahir, disebut mekonium, dari dalam ususnya. Selain konsentrasi nutrisi yang tinggi, kolostrum juga ’kaya’ akan antibodi, atau yang dalam istilah medis disebut juga dengan immunoglobulin (Ig).

Antibodi terdapat dalam 5 jenis (disebut juga faktor imun), yaitu IgG,IgA, IgM, IgD dan IgE. ASI juga mengandung kelima faktor imun tersebut, namun kolostrum memiliki konsentrasi faktor imun lebih tinggi daripada ASI.. Selama di dalam rahim ibu, janin memperoleh pasokan antibodi, faktor imun IgG, dari plasenta. Segera setelah lahir, pasokan ini akan terhenti, padahal tubuh bayi belum mampu membuat antibodi sendiri.

Itulah salah satu sebab mengapa bayi yang baru lahir harus sesegera mungkin disusukan kepada iIbunya. Selain untuk merangsang produksi ASI, inisiasi dini ASI (early latch-on) juga untuk memastikan bayi mengkonsumsi kolostrum sesegera mungkin.

Kecukupan ASI
Bayi harus disusui kapan dan di mana saja dia meminta (on demand) sekitar 8-12 kali perhari (atau tiap 2-3 jam).

Merangsang Produksi ASI
Sebaiknya, biarkan bayi menyusu sepuasnya tanpa perlu dijadwal secara ketat. Karena produksi ASI akan seirama dengan kebutuhan bayi. Jika bayi Anda minumnya banyak, otomatis ASI yang keluar juga banyak. Semisal yang diminum 250 ml, hormon prolaktin akan memacu kelenjar susu agar menghasilkan ASI 25 ml. Jika rangsangan bayi minum ASI semakin sering, produksi susu juga meninggi. Sebaliknya, air susu akan berkurang jika rangsangannya jarang.

Frekuensi Buang Air Kecil
Bayi seharusnya buang air kecil 6-8 kali perhari. Frekuensi buang air kecil pada bayi secara tidak langsung dapat juga untuk menilai kecukupan asupan ASI atau susu formula. Bila bayi cukup minum maka akan BAK 3-4 kali sehari atau bahkan sampai 8 kali sehari. Bila bayi kurang minum atau dehidrasi, maka biasanya frekuensi BAK akan berkurang atau jumlah urine sedikit, sehingga warna urin akan terlihat kuning pekat (Dr. Patria Vittarina, SpA dari Divisi Perinatologi RSIA Muhammadiyah).

Ada beberapa kemungkinan penyebab berkurangnya Frekuensi Buang Air Kecil pada Bayi:
Bayi mengalami kekurangan cairan. Ini bisa terjadi karena Ibu yang menyusui kurang banyak minum atau bayi sedang mengalami muntah-muntah atau berkeringat berlebihan. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan banyak memberi asupan cairan pada bayi.

Pada bayi laki-laki, coba perhatikan ujung kulupnya apakah terlihat kecil atau tidak. Bila ya, bisa jadi ia mengalami phymosis (ujung kulup kecil) sehingga menyebabkannya jarang BAK. Sebagai solusi, biasanya dokter akan melakukan pembesaran dengan cara sunat. Kondisi ini perlu diatasi segera karena jika dibiarkan bisa menimbulkan infeksi pada saluran kencing bayi.

Sukar pipis pada bayi perempuan bisa disebabkan karena terjadi infeksi pada organ intimnya meski bisa juga BAK-nya justru jadi lebih sering. Sebagai pecegahan, sehabis BAK, lubang kencing dan daerah sekitarnya musti langsung dibersihkan. Sisa air seni bisa mengendap di lipatan-lipatan sekitar kelaminnya dan menimbulkan infeksi. Perhatikan juga teknik membersihkan organ pembuangan. Jangan memebrsihkan dari arah belakang ke depan namun dari depan kebelakang. Ini dimaksudkan agar kotoran dari anus tidak terbawa ke vagina.

Penurunan Berat Badan
Banyak bayi kehilangan berat badannya sampai 10% dalam beberapa hari pertama setelah lahir. Namun setelah berumur sekitar 10 hari, berat badannya mulai meningkat lagi.
Agar berat badannya tidak terus turun, tingkatkan kualitas ASI Ibu dengan makan makanan bergizi.


Sumber : infosehat.com

Kenali 7 Makanan untuk Sperma Sehat

Anda ingin hamil dengan cepat? Pastikan pasangan memiliki sperma yang sehat. Salah satu cara agar pria mempunyai sperma yang sehat adalah dengan makan makanan yang tepat.

Menurut ahli nutrisi yang juga penasihat di American Council for Fitness and Nutrition, Dr. Keith-Thomas Ayoob, makanan tepat tersebut adalah makanan yang baik untuk jantung dan membuat aliran darah tetap lancar. Aliran darah yang lancar adalah kunci untuk mencegah ejakulasi dini.


“Intinya adalah menjaga aliran darah,” ujar Ayoob. “Untuk melakukannya, pria harus memiliki tekanan darah yang rendah dan arteri tidak tersumbat,” tambahnya seperti dikutip dari Revolution Health.

Berikut ini tujuh makanan super yang menurut Ayoob bisa membuat sperma sehat:

Salmon
Salmon kayak akan omega 3, yang bisa menurunkan tingginya kadar kolesterol (buruk) dalam tubuh. Ikan ini juga banyak mengandung protein yang bukan hanya membuat sperma kuat, tapi juga bisa berenang dengan cepat.

Semangka
Semangka sangat baik untuk membuat sperma tangguh saat berenang. Menurut Ayoob, buah tersebut kaya akan potasium, yang bisa mencegah tekanan darah tinggi.

Untuk kesehatan secara umum, semangka adalah salah satu buah yang mengandung likopen (lycopane) yang cukup sebagai anti-oksidan untuk melawan kanker.

Tomat
Mirip dengan semangka dan buah berwarna merah lainnya, tomat juga banyak mengandung likopen, yang artinya kaya antioksidan. Likopen terbukti bisa meningkatkan kesehatan prostat. Penelitian menunjukkan likopen bisa mengurangi risiko kanker prostat. “Dengan prostat yang sehat bisa menghasilkan sperma yang kuat,” jelas Ayoob.

Susu Rendah Lemak atau Yogurt
Susu dan yogurt banyak mengandung kalsium dan potassium. Dua kandungan tersebut bisa menjaga tekanan darah tetap normal dan membuat aliran darah di arteri lebih lancar. Ayoob merekomendasikan untuk mengonsumsi susu rendah lemak.

“Jika tekanan darah terlalu rendah, sperma yang dihasilkan pun tidak kuat,” katanya. “Kalaupun sperma itu perenang yang baik, tapi dia tidak akan bisa sampai ke mana-mana,” tambahnya.

Buah Beri
Semua jenis buah beri sangat kaya antioksidan. Ayoob pun menyarankan untuk mengombinasikan semua jenis beri untuk dikonsumsi, mulai dari blueberry, strawberry, dan raspberry. Buah beri ini bermanfaat untuk mencegah kerusakan pada arteri. Dengan memiliki arteri yang sehat, aliran darah pun bisa tetap normal, sehingga produksi sperma sehat tidak terganggu.

Kacang-kacangan
“Kacang-kacangan kaya akan mineral,” jelas Ayoob. Kandungan yang ada di dalam kacang-kacangan mencegah naiknya gula darah. Makanan ini juga sangat ampuh menurunkan kadar kolesterol. Mengonsumsi 1/2 cangkir kacang pinto bisa menurunkan tekanan darah 8-10%.
Oatmeal
Sama seperti kacang-kacangan, makanan yang mengandung gandum juga baik untuk tubuh karena bisa menurunkan kadar kolesterol. Kandungan serat di dalam oatmeal lah yang membuat makanan itu mampu menurunkan jumlah kolesterol jahat.

Selain dengan mengonsumsi makanan-makanan di atas, untuk mendapatkan sperma yang sehat tentu juga butuh langkah lainnya. Ayoob menyarankan, agar para pria memperhatikan berat badannya, mengurangi alkohol, tidur cukup dan olahragha.

Sumber : rahasiakeluarga.com

Mengatasi Cegukan Pada Bayi

Cegukan pada bayi mungkin hal yang sering di alami dan bahkan bisa terjadi setiap hari, tetapi sering ibu-ibu bingung apa yang harus di lakukan ketika bayi cegukan.

Cegukan adalah salah satu gerakan refleks dari tubuh dan disertai dengan suara yang khas akibat iritasi dari diafragma.

Struktur otot ini akan terganggu fungsinya jika ada sesuatu yang menghambat proses ini baik dari faktor eksternal ataupun internal.


Penyebab cegukan ada beberapa hal :
Cegukan terjadi karena ada rangsangan pada diafragma, yakni penyekat antara rongga perut dengan rongga dada. Ini akibat adanya udara dalam lambung. Sebetulnya hal ini biasanya dialami bayi yang minum susu dari botol karena ada udara yang ikut terhisap bayi.Diafragma memainkan peran utama dalam perjalanan respirasi dan proses metabolisme. Diafragma menarik dan mendorong secara teratur yang mengatur masuk dan keluarnya udara selama proses respirasi.

Pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, biasanya jarang sekali terjadi cegukan. Karena seharusnya tidak ada udara yang masuk ke dalam lambung.

Kalau anak Anda yang dapat ASI eksklusif cegukan, mungkin karena cara menyusui yang kurang benar. Misalnya, pada waktu menyusui, puting kurang masuk ke mulut bayi atau posisi bayi tidak berada dalam garis lurus dengan lengan bayi. Serta perut bayi tidak berhadapan dengan perut ibu sehingga ada udara yang masuk terisap.

Jadi, cegukan dapat dihindari dengan cara menyusui yang benar dan menyendawakan bayi setelah disusui. Begitu pula menghentikannya, dapat dengan cara menyusuinya. Atau dapat pula dengan menelungkupkan bayi dipangkuan Anda lalu mengelus punggungnya dari bokong ke arah kepala.

Selain itu penurunan suhu yang dapat menyebabkan seorang bayi kedinginan juga bisa memicu cegukan

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu menghilangkan atau mencegah cegukan pada bayi, yaitu:
  1. Selalu memonitor bayi saat menyusui untuk memastikan bahwa ia minum secara perlahan-lahan.
  2. Bayi yang sering bersendawa saat menyusui adalah cara yang efektif untuk menghentikan cegukan.
  3. Mengubah posisi menyusui dan mencoba menenangkannya.
  4. Memastikan bahwa ibu menyusui atau memberi makan bayinya dalam keadaan tenang dan tidak terlalu bersemangat.
  5. Jika bayi cegukan saat minum atau makan, maka cobalah untuk menepuk-nepuk bayi pelan-pelan dan membiarkannya rileks dulu sebelum menyusui lagi.

Miliaria (Biang Keringat)

Cuaca akhir-akhir ini tidak menentu. Meski hujan, namun di lain waktu terasa sangat panas. Dengan kondisi cuaca seperti ini bayi dan anak-anak cenderung rewel karena masalah biang keringat atau disebut juga keringat buntet.

Biang keringat atau bahasa medisnya Miliaria adalah gangguan kulit yang menimbulkan bintik-bintik merah di kulit yang terasa sangat gatal. Umumnya menyerang bayi dan anak-anak karena kulit mereka masih peka terhadap lingkungan. Miliaria yang sering menyerang bayi dan anak adalah Miliaria Rubra yang hanya menimbulkan bintik merah dan gatal. Miliaria Rubra tergolong Miliaria ringan. Lain halnya dengan Miliaria Profunda yang disebut juga Miliaria Api di mana penyebaran bintik-bintik lebih cepat dan kulit terasa seperti terbakar.


Penyebab
Walau pun cuaca tidak sedang panas, biang keringat bisa muncul juga. Mengapa itu bisa terjadi?
Biang keringat terjadi karena adanya penyumbatan pori-pori di mana seharusnya keringat keluar. Penyumbatan inilah yang akhirnya menimbulkan bintik-bintik berisi keringat yang tersumbat. Penyebab penyumbatan sendiri bisa terjadi karena bakteri dan juga karena keringat yang terserap kembali ke dalam kulit ari.
Selain itu faktor pakaian juga berpengaruh. Pakaian dengan bahan yang tidak menyerap keringat seperti nilon dapat menimbulkan biang keringat. Pakaian yang terlalu tebal di saat cuaca tidak terlalu dingin juga bisa menjadi salah satu faktor pencetusnya.

Pencegahan & Pengobatan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk itu lakukanlah upaya pencegahan supaya si kecil terhindar dari biang keringat. Salah satunya dengan cara :
-    Memberikan pakaian yang menyerap keringat seperti bahan katun. Jangan lupa untuk
     selalu menjaga kebersihan pakaiannya.
-    Hindari mengenakan pakaian dari wol. Bulu wol menimbulkan rasa gatal terlebih pada
     kulit sensitif.
-    Mandikan si kecil minimal 2 kali sehari. Pada anak, disarankan mandi sebelum tidur.
-    Bila bayi dan anak terserang demam, ganti segera pakaiannya yang basah karena
     keringat. Beri obat penurun panas supaya cepat sembuh dan produksi keringatnya
     berkurang.
-    Berikan bedak bayi di sekujur tubuhnya, bahkan bila biang keringat tidak muncul.

Bila biang keringat sudah terlanjur memenuhi kulitnya lakukan upaya pengobatan. Pemberian lotion calamin dapat membantu, tetapi pastikan kulitnya kering sebelum mengoleskannya. Bila dia mengeluh gatal berlebihan mandikan segera dan gunakan sabun khusus untuk bayi. Bubuhkan bedak yang mengandung Zinc Oksida atau Magnesium Stearat. Bila ternyata biang keringat tidak berkurang dan kulit terluka segera konsultasikan ke dokter.

Tips Berbicara Kepada Bayi Anda

Sejumlah riset  telah menunjukan bahwa anak-anak yang orang tuanya kerap mengajaknya bicara saat mereka bayi ternyata memiliki tingkat IQ yang jauh lebih tinggi. disamping itu, kosakata mereka juga jauh lebih kaya dengan anak-anak yang jarang sekali mendapatkan stimulasi verbal sewaktu mereka masih bayi.

Anda dapat mulai mengajak bayi anda berbicara sejak anda mulai hamil. Secara demikian, bayi anda akan terbiasa dengan suara anda. Bacalah buku atau bernyanyi dengan nyaring. Tatkala bayi anda sudah lahir, bebicaralah kepadanya saat anda mengganti tilam tidurnya, saat anda memberi makan atau memandikannya dan beri juga peluang kepadanya untuk merespon dengan senyuman atau kontak mata. Pada sekitar usia lima bulan, anda akan menyaksikan bayi anda kerap mengamati mulut anda secara sungguh-sungguh. Bayi anda akan belajar bicara dengan baik hanya bila anda memang secara sungguh-sungguh melatih untuk keperluan ini. Anda tidak perlu takut untuk menggunakan kata-kata yang sedikit rumit saat mengajak bicara kepadanya.


Cara terbaik bagi seorang bayi untuk memperkaya kosakatanya adalah dengan jalan mendengarkan anda menggunakan kosakata-kosakata baru. Membacakan sesuatu adalah cara baik untuk membantu meningkatkan kemampuan bahasa anak anda. Luangkan setiap hari untuk berbicara secara sederhana kepada bayi anda sejelas dan sesering mungkin. Sangat boleh jadi ia tidak mengerti apa yang anda utarakan, tetapi ia akan sangat senang melihat dan mendengar suara anda. Jadikan bayi anda sebagai rujukan ihwal apa yang anda kerjakan dan katakan kepadanya. Bila apa yang anda lakukan dan katakan dapat membuatnya senang, maka anda akan yakin bahwa anda melakukan dan mengatakan hal yang benar kepadanya. Ungkapkan dalam kata-kata apa yang bayi anda isyaratkan dan ungkapkan lewat raut wajahnya.

Bayi akan senang mendengar suara anda. Sementara anak-anak yang mulai bisa berjalan akan suka saat mendengarkan dongeng yang anda tuturkan buatnya. Dan ini pada gilirannya akan sangat bermanfaat untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berbahasa anak anda. Bacakan buku cerita bergambar kepada bayi anda sejak ia berusia enam bulan.

Si kecil mengeluarkan suara? Jangan ragu untuk menanggapinya. Anda bisa berpura-pura menanyakan maksud ocehannya sambil tertawa atau tersenyum. Perlihatkan wajah bahagia Anda, kemudian lihat reaksinya. Namun tatkala ia menangis Jangan berdiam diri saat melihat si kecil menangis. Datangi, Tatap matanya, lalu langsung tanyakan, misalnya, “Kenapa menangis, Nak?” Cara ini akan membuat si kecil paham, bahwa ketika ia menangis, ibu akan bertanya padanya. Maka, ia pun harus merespons dengan jawaban. Langkah terakhir, Lakukan terus hal-hal yang melibatkan Anda berdua dalam setiap kesempatan. Saat ia mulai menirukan suara Anda, ulangi juga kata-kata tersebut

Tips mengatasi bayi kolik

Penggunaan Kondom Kateter Pada Penanganan Perdarahan Postpartum

Perdarahan pasca persalinan (Postpartum Hemorrhage = PPH) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal baik di Negara maju maupun di Negara berkembang.

Kelahiran bayi adalah suatu proses normal, tetapi adakalanya ditemui kejadian morbiditas dan mortalitas maternal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi pada kala ketiga persalinan. Kematian maternal adalah suatu tragedi dan merupakan kerugian besar bagi masyarakat dan suatu bangsa. Sekitar setengah juta wanita mati tiap tahun akibat proses kelahiran bayi dan kehamilan. Sekitar seperempat di antara mereka mengalami komplikasi yang terjadi pada kala ketiga persalinan. Di Inggris risiko kematian maternal akibat postpartum hemorrhage adalah satu per 100.000 kelahiran, sedangkan di negara berkembang adalah satu per 1000 kelahiran. Di Malaysia dari tahun 1995-1996 menunjukkan bahwa postpartum hemorrhage sebagai penyebab utama dari kematian maternal. Kala ketiga persalinan digambarkan sebagai suatu proses berlanjut yang mulai dengan lahirnya janin dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Umumnya sekitar 5 sampai 10 beberapa menit, tetapi tidak sampai melebihi dari 30 menit.


Angka kematian maternal ( Maternal Mortality Rate = MMR ) di Amerika Serikat pada tahun 1995 sebanyak 7,1/100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbanyak dari MMR tersebut adalah perdarahan, emboli, hipertensi dalam kehamilan, kardiomiopati serta karena komplikasi anastesi. Sedang di Amerika Tengah, yaitu di Meksiko dan sekitarnya, MMR terrendah adalah di Kostarika sebanyak 29/100.000 dan tertinggi di Guatemala yaitu 190/100.000. Penyebab kematian terbanyak juga adalah perdarahan. Sedang di Asia Tenggara Negara kita masih menduduki angka tertinggi yaitu sebanyak 307/100.000 ( SDKI tahun 1998-2002 ), penyebab kematian tertinggi juga sama, yaitu perdarahan ( 28% ) disusul Preeklamsia-eklamsia dan infeksi masing-masing sebanyak 13% dan 10%. Secara keseluruhan di seluruh dunia ini kematian maternal sebanyak 600.000 pertahun dan yang disebabkan oleh PPH sebanyak 125.000 wanita pertahun.

Penanganan ada dua bagian, yaitu suportif dengan perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, darah serta komponen-komponennya. Yang kedua adalah penanganan kausatif, yaitu melakukan identifikasi penyebab perdarahan dan usaha untuk menghentikannya. Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan yaitu, pertama: pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau prostaglandin. Kedua: hemostasis secara mekanis dengan manual atau digital plasenta, kuret sisa plasenta, kompresi manual ataupun packing. Ketiga: dengan cara pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah ataupun dilakukan histerektomi.

Patofisiologi Pph
Perdarahan postpartum / Postpartum Hemorrhage ( PPH ) terjadi karena adanya perdarahan yang banyak yang pada umumnya berasal dari tempat implantasi plasenta atau adanya laserasi jalan lahir. Penyebab PPH terbanyak adalah atonia uteri, kelainan imlantasi plasenta dan laserasi jalan lahir. Pada PPH yang penting adalah menentukan etiologinya dan memberikan penanganan yang sesuai. Walaupun pengetahuan tentang penyebab perdarahan pasca persalinan telah banyak diketahui dan darah sudah banyak tersedia tetapi kematian yang disebabkan oleh PPH ini masih menduduki tempat yang tinggi baik di Negara maju maupun di Negara-negara berkembang.

PPH dapat terjadi langsung yang disebut PPH primer / dini dan dapat pula terjadi setelah 24 jam kemudian yang disebut PPH sekunder / lambat. Definisi PPH tergantung dari jenis persalinan yang terjadi. Pada persalinan pervaginam, PPH didefinisikan sebagai terjadinya perdarahan > 500 cc, sedangkan pada seksio sesarea sebanyak > 1000 cc. PPH seringkali tidak dilaporkan, karena penilaian jumlah perdarahan cenderung under-estimated, terutama bila keadaan ibu pasca salin dalam keadaan baik. Karena sukar untuk menilai berapa banyak insidens PPH yang sebenarnya, American College of Obstetricians and Gynecologist yaitu menetapkan kriteria penurunan > 10% dari kadar hematokrit sebelum dan sesudah persalinan. secara garis besar PPH mengenai 4 – 6% dari seluruh persalinan.

Dengan adanya peningkatan jumlah volume plasma dan sel darah merah yang meningkat pada wanita hamil ( 30 – 50% ) serta adanya peningkatan cardiac output, maka dibandingkan wanita tidak hamil, wanita hamil lebih mudah berkompensasi terhadap adanya perdarahan dengan cara meningkatkan tahanan vaskuler perifer sehingga tekanan darah tidak menurun dan dapat menjamin kelancaran perfusi organ. Baru setelah kemampuan peningkatan vaskuler terlampaui maka terjadilah penurunan tekanan darah, cardiac output dan perfusi organ sehingga menimbulkan gejala klinis dari PPH.

Mekanisme penghentian perdarahan pasca persalinan berbeda dengan tempat lain dimana faktor vasospasme dan pembekuan darah sangat penting, pada perdarahan pasca persalinan penghentian perdarahan pada bekas implantasi plasenta terutama karena adanya kontraksi dan retraksi miometrium sehingga menyempitkan dan membuntu lumen pembuluh darah. Adanya sisa plasenta atau bekuan darah dalam jumlah yang banyak dapat mengganggu efektivitas kontraksi dan retraksi miometrium sehingga dapat menyebabkan perdarahan tidak berhenti. Kontraksi dan retraksi miometrium yang kurang baik dapat mengakibatkan perdarahan walaupun sistem pembekuan darahnya normal, sebaliknya walaupun sistem pembekuan darah abnormal asalkan kontraksi dan retraksi miometrium baik akan menghentikan perdarahan.

Faktor Predisposisi
Perdarahan Dari Tempat Implantasi Plasenta
Kontraksi hipotonik = atonia uteri
• Obat-obat anastesi
• Uterus overdistensi – janin besar, hamil multiple, hidramnion
• Persalinan lama
• Persalinan terlalu cepat
• Setelah induksi / akselerasi persalinan
• Multi-Paritas
• Riwayat HPP

Tertinggalnya Jaringan Plasenta
• Adanya sisa kotiledon atau adanya lobus suksenturiata
• Kelainan implantasi – akreta, inkreta, perkreta

Perdarahan Jalan Lahir
• Episiotomi yang lebar atau meluas (ekstensi)
• Laserasi perineum, vagina, atau serviks
• Ruptura uteri

Gangguan Koagulasi
Atonia uteri merupakan penyebab PPH yang terbanyak. Walau tanpa ada faktor predisposisi, atonia uteri dapat terjadi pula pada setiap persalinan, sehingga perlu selalu dilakukan observasi dan monitor kontraksi uterus pasca persalinan. Diagnosis atonia uteri dapat dibedakan secara cepat dari laserasi jalan lahir berdasarkan kontraksi uterusnya, bila kontraksi baik perdarahan banyak maka kemungkinan besar ada laserasi jalan lahir, sedang bila kontraksi kurang baik maka atonia uteri. Atonia uteri dapat pula bersamaan laserasi jalan yang merupakan penyebabnya, sehingga pemeriksaan jalan lahir, yaitu vagina, serviks dan uterus harus dikerjakan pada setiap PPH.


Penanganan Pph
Tujuan utama penanganan PPH adalah
(1) mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigenasi
(2) menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab PPH. Idealnya stabilisasi dilakukan lebih dulu sebelum tindakan definitif dikerjakan, tetapi hal ini kadang-kadang tidak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri melainkan seringkali dikerjakan perbaikan keadaan umum (resusitasi) sambil dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Pada saat awal resusitasi cairan juga diambil sample darahnya untuk diperiksakan laboratorium sederhana dahulu, yaitu paling tidak kadar Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Faal Pembeku Darah atau dikerjakan pemeriksaan Waktu Pembekuan Darah dan Waktu Perdarahan secara langsung.

Oleh karena penyebab PPH terbanyak adalah karena atonia uteri, maka langkah pertama dari penanganannya adalah dengan pemijatan uterus, kompresi bimanual, tampon utero-vaginal, sementara obat uterotonika tetap diberikan. Bila penanganan dengan non operatif ini tidak berhasil baru dilakukan penanganan secara operatif secara laparotomi pemakaian metode B-Lynch, pengikatan Arteri Uterina, Ovarika atau Hipogastrika (Iliaka Interna). Bila dengan cara ini juga belum berhasil menghentikan perdarahan, dilakukan Histerektomi.

Pemberian tampon (packing) uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan karena memerlukan waktu untuk pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang tersembunyi atau bila ada perembesan berarti banyak darah yang sudah terserab di tampon tersebut sebelumnya dan dapat menyebabkan infeksi. Tetapi dapat pula menguntungkan bila dengan tampon tersebut perdarahan bisa berhenti sehingga tidak diperlukan tindakan operatif atau tampon digunakan untuk menurunkan perdarahan sementara sambil menunggu penanganan operatif. Alternatif dari pemberian tampon selain dengan kassa, juga dipakai beberapa cara yaitu : dengan menggunakan Sengstaken-Blakemore tube, Rusch urologic hydrostatic balloon catheter (Folley catheter) atau SOS Bakri tamponade balloon catheter.

Pada tahun 2003 Sayeba Akhter dkk mengajukan alternatif baru dengan pemasangan kondom yang diikatkan pada kateter. Dari penelitiannya disebutkan angka keberhasilannya 100% (23 berhasil dari 23 PPH), kondom dilepas 24 – 48 jam kemudian dan tidak didapatkan komplikasi yang berat. Indikasi pemasangan kondom sebagai tampon tersebut adalah untuk PPH dengan penyebab Atonia Uteri. Cara ini kemudian disebut dengan Metode Sayeba. Metode ini digunakan sebagai alternatif penanganan HPP terutama sambil menunggu perbaikan keadaan umum, atau rujukan.

Cara pemasangan tampon kondom menurut Metode Sayeba adalah secara aseptik kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan kedalam cavum uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 cc sesuai kebutuhan. Dilakukan observasi perdarahan dan pengisian kondom dihentikan ketika perdarahan sudah berkurang. Untuk menjaga kondom agar tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah keluar dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan antibiotika tripel, Amoksisilin, Metronidazol dan Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24 – 48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat dipertahankan lebih lama.

Video Tips Pijatan Bayi

Perubahan Fisiologis Kala I Persalinan

Perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan :
1. Keadaan segmen atas dan bawah rahim pada persalinan :
a. Hamil lanjut
uterus terdiri atas dua bagian yaitu segmen atas rahim yang dibentuk oleh corpus uteri dan segmen bawah rahim yang dibentuk oleh istmus uteri.
               
b. Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas :
(1) Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi (Retraksi)

(2) Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur-angsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim (SBR)
(3) Sebagian dari isi rahim keluar dari segmen atas dan diterima oleh segmen bawah
(4) Jadi segmen atas makin lama makin mengecil sedangkan segmen bawah makin diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah
(5) Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis maka batas antara segmen atas dan bawah menjadi jelas  lingkaran retraksi yang fisiologis
(6) Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas dan naik mendekat pusat----lingkaran retraksi yang patologis / lingkaran bandle

2. Perubahan bentuk rahim
a. Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun muka belakang berkurang.
b. Hal di atas dapat terjadi karena ukuran melintang berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus dan dengan demikian kutup atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam PAP.

3. Perubahan pada serviks
a. Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks.
b. Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks ini biasnya didahului oleh pendataran dari serviks.
c. Pendataran serviks adalah : pendekatan dari kanalis servikalis berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
d. Pembukaan dari serviks adalah pembesaran dari OUE yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang dapt dilaui anak kira-kira 10 cm diameternya.

4. Perubahan vagina dan dasar panggul
a. Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh anak.
b. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis.
c. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva mengahadap ke depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.

5. Tekanan Darah
a. TD meningkat selama_kontraksi (sistolik rata-rata naik 15 (10-20) mmHg. 5-10 mmHg). Antara kontraksi, TD kembali normal pada level sebelum persalinan.
b. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan TD
c. Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik dengan rata-rata 15 ( 10-20) mmHg dan kenaikan diastolik dengan rata-rata 5-10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah di anatara kontraksi memberi data yang lebih akurat. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki resiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.

6. Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara berangsur. Ditandai dengan peningkatan suhu, Nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang. Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan karena kecemasan, dan aktivitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.

7. Suhu Tubuh
a. Meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,5 °C-1 °C
b. Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh agak sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,5 °C-1 °C.

8. Detak Jantung
a. Detak jantung secara dramatis.naik selama kontraksi
b. Antara kontraksi sedikit mcningkat dibandingkan sebelum persalinan
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan.
Ibu harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver valsava (menahan napas dan menegakkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan entratoraks, mengurangi aliran balik vena dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama ibu melakukan manuver valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas.

9. Pernafasan
a. Terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan dianggap normal
b. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkologis
Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun), Pada tahap kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.

10. Perubahan pada Ginjal
a. Poliuria
b. Peningkatan filtrasi glomelurus dan peningkatan aliras plasma ginjal
c. Proteinuria yang sedikit dianggap biasa
d. Pada trimester ke dua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba di atas simpisis pubis. Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi dalam glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.

11. Perubahan Gastrointestinal
a. Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat berkurang
b. Pengurangan getah lambung berkurang
c. Pengosongan lambung menjadi sangat lambat
d. Mual muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita sering kali merasa mual dan memuntahkan makanan yang Belum dicerna sebelum bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Bidan dapat meraba tinja yang keras atau tertahan pada rektum.

Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak sekali selama persalinan. Selain itu, pengeluaran getah lambung berkurang menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut tempo yang biasa. Mual atau muntah biasa terjadi sampai mencapai akhir kala I.

12. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml, selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan postpartum.

Cara melakukan palpasi

Palpasi
Selama palpasi, perawat menyentuh tubuh untuk merasakan denyutan dan getaran, untuk mencari struktur tubuh ( terutama dalam abdomen). dan untuk mengkaji ciri-ciri, seperti ukuran, tekstur, kehangatan, mobilitas, dan nyeri tekan. Palpasi memungkinkan kita untuk mendeteksi nadi, kekakuan otot, pembesaran limfe nodus, kekeringan kulit dan rambut, nyeri tekan organ atau pembengkakan payudara dan mengukur naik turunnya dada setiap kali pernapasan.


Biasanya, palpasi dilakukan setelah inspeksi sebagai teknik pengkajian fisik yang kedua. Sebagai contoh, jika terdapat ruam-ruaa pada inspeksi, perawat menentukan melalui palpasi apakah ruam-ruam tersebut permukaannya meninggi atau terasa nyeri atau hangat. Tetapi selama pengkajian abdomen atau sistem urinarius, palpasi harus dilakukan di akhir pemeriksaan untuk menghindari menyebabkan klien merasa tidak nyaman dan menstimulasi peristaltik (kontraksi otot yang halus yang mendorong makanan melewati saluran GI, empedu melewati duktus empedu, dan urin melewati ureter).

Untuk melakukan pengkajian yang menyeluruh, perawat perlu menguasai beberapa teknik palpasi yang digambarkan di sini. Palpasi ringan melibatkan penggunaan ujung jari dan bantalan jari untuk memberi tekanan ringan pada permukaan kulit. Ballotemen, bentuk lain dari palpasi ringan, melibatkan tekanan yang halus, berulang dan kuat pada jaringan dengan menggunakan tangan (seperti mendribel bola kecil dengan perlahan) untuk mengkaji letak atau struktur tubuh yang hanya menempel sebagian. Palpasi dalam membutuhkan penggunaan kedua tangan dan tekanan yang lebih besar.

Penggunaan tangan dalam palpasi
Untuk meningkatkan teknik palpasi, perawat dapat mengambil keuntungan dari sensitivitas taktil yang spesifik pada setiap bagian tangan. Ujung dan bantalan Jari dapat membedakan tekstur dan bentuk dengan sangat balk. Bagian belakang atau permukaan dorsal tangan dapat merasakan kehangatan dengan sangat baik. Permukaan ulnar, bola tangan (di bagian dasar jari di sisi telapak tangan) adalah bagian terbaik yang dapat merasakan getaran (getaran halus di atas prekordium) dan fremitus (vibrasi di atas dinding dada) dan juga vibrasi suara yang melewati dinding dada. Ibu jari dan jari telunjuk dapat mengkaji tekstur rambut, memegang jaringan dan merasakan pembesaran limfe nodus dengan sangat baik. Bantalan jari yang rata dapat digunakan untuk mempalpasi jaringan lunak, merasakan krepitus (bunyi berderik) sendi, dan pemeriksaan ringan pada abdomen. Satu jari atau ujung kuku dapat memberi usapan pada kulit ketika berusaha untuk mendapatkan kremasterik (retraksi testis) atau refleks abdomen pada pemeriksaan neurologi. Seluruh tangan dapat menguji kekuatan genggaman tangan.

Palpasi ringan
Untuk melakukan palpasi ringan, tekan kulit dengan perlahan sedalam 1 sampai 2 cm. Jika mungkin gunakan sentuhan yang paling ringan; tekanan yang terlalu besar dapat menumpulkan sensitivitas Anda. Tutup mata untuk berkonsentrasi pada apa yang jari Anda rasakan.

Palpasi dalam
Untuk melakukan palpasi dalam, tingkatkan tekanan pada ujung jari Anda, tekan kulit sedalam kira-kira 4 cm. Letakkan tangan Anda yang lain di atas tangan yang melakukan palpasi untuk mengendalikan dan memandu gerakan Anda. Untuk melakukan variasi palpasi dalam yang memungkinkan penunjukan yang tepat pada area yang terinflamasi, tekan dengan tegas dengan satu tangan, kemudian angkat tangan Anda menjauh dengan cepat. Jika klien mengeluh adanya peningkatan nyeri pada saat Anda melepas tekanan, Anda telah mengidentifikasi nyeri tekan yang memantul. (Jika Anda mendapati adanya nyeri tekan yang memantul ketika memeriksa abdomen, maka klien dicurigai menderita peritonitis).

Gunakan kedua tangan (palpasi bimanual) untuk menjangkau organ-organ yang berada di dalam, tersembunyi dan sulit untuk dipalpasi (seperti ginjal atau limpa) atau untuk menyesuaikan atau menstabilkan organ (seperti uterus) dengan satu tangan dan mempalpasinya dengan tangan yang lain.

Balotemen ringan
Untuk melakukan balotemen ringan, beri tekanan yang ringan dan cepat pada abdomen klien dad kuadran ke kuadran. Letakkan tangan Anda letup di permukaan kulit untuk mendeteksi adanya pantulan jaringan.

Balotemen dalam
Untuk melakukan balotemen dalam, berikan tekanan dalam yang tiba-tiba; kemudian lepaskan tekanan, tetapi ujung jari tetap menempel pada kulit.